Weather (state,county)

Breaking

Rabu, 04 Desember 2013

Peran Pemuda dalam Dinamika Bangsa


-->

 

Ketika kita mencoba merefleksikan kembali ke masa lalu tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia maka kita tidak bisa lepas dari bayang-bayang peran pemuda dalam proses memerdekakan bangsa ini. Bukti otentik telah menjadi saksi bisu bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 dimana bangsa ini diakui kelahiranya. Oleh karena itu sudah seharusnya segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia.
Proses kelahiran bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan para pemuda bangsa & rakyat Indonesia yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian, yaitu pada 17 Agustus 1945.
Era orde baru & era reformasi memberikan bukti syah bahwa peran pemuda dalam setiap dinamika kebangsaan memberikan pengaruh perubahan yang signifikan terhadap nasib bangsa ke depan. Bukan hanya berperan dalam menyuarakan kemakmuran & kemerdekaan bangsa tetapi bagaimana pemuda berperan aktif dalam aspek kemajuan bangsa melalui kebrakan-gebrakan kongkrit dalam dunia Pendidikan, Budaya, Politik, Kesehatan & Ekonomi. Hal inilah yang seharusnya tertancapkan secara kokoh di setiap paradigma pemuda bangsa Indonesia.
Tetapi melihat realita pada zaman modern ini peran pemuda dalam dinamika kebangsaan seolah hanya menjadi isapan jempol belaka. Harapan besar bangsa ini terhadap pemudanya seolah kembali luntur oleh tindakan-tindakan yang mendegradasikan bangsa ini kejurang penjajahan baru. Seolah-olah bukan lagi bangsa ini yang dijajah tetapi karakter pemuda bangsa ini yang telah kembali terjajah oleh sebuah sistem pemikiran (ideological system) hedonisme & globalisme.
Ingat kita bukan kembali terjajah melalui perluasan & penguasaan negara tetapi secara tidak langsung sadar maupun tidak sadar bangsa ini seolah kembali terjajah oleh sistem-sistem pemikiran Westenisasi & Modernisasi yang merasuki setiap sudut paradigma pemuda zaman sekarang. Hal ini terjadi karena mereka tahu bahwa setiap pemuda yang ada di dalam sebuah bangsa memiliki peran sebagai agen perubahan (Agent of Change) & juga sebagai pelopor (Founding Father) di masa mendatang. Maka dari itu mereka berusaha merusak akar pohon yang telah di bangun dengan sangat kokoh dengan sistem-sistem yang telah mereka bangun.
Berbagai persoalan diatas yang tentunya memerlukan ide (pemikiran) besar juga untuk menghadapinya. Dan posisi kaum Muslim di Indonesia dengan segala permasalahan yang mendekapnya itu, tentunya harus siap menjadi solusi (problem solver) bukan malah menjadi bagian dari masalah (part of problem).
Kegelisahan akan kondisi umat membuat beberapa pemikir Islam memiliki keinginan kembali mengembalikan kejayaan umat dan bangsa, maka muncullah tokoh pembaharuan termasuk Kiai H Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Muhammadiyah  untuk menjawab permasalahan umat dan kebangsaan.
Sebagai kaum pemikir (intelektual), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) memiliki peran tersendiri dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Peran pergerakan yang di milikinya di mainkan dengan visi pergerakan IMM sebagai penggerak sosial, dan berperan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah (pemimpin) dan masyarakat yang dipimpinnya.
IMM yang memiliki tradisi intelektual dan sikap kritisnya harus tetap dibangun secara konstruktif. Outputnya pun kader-kader yang militan. Kader yang memiliki kemampuan intelektual yang mumpuni dan pembacaan terhadap realitas sosial dan politik yang jelas, sehingga bisa menempatkan idealisme dalam konteks kenyataan yang ada.
Menciptakan kader yang mumpuni dan berkualitas harus dimasifkan yang nantinya mampu menjawab dinamika kebangsaan. Paradigma bahwa para aktivis hanyalah tukang demonstrasi dan akan menghambat studi mereka melekat kuat dalam benak mahasiswa, termasuk para kader itu sendiri.Paradigma ini harus dirubah, harus dipertegas dan dijelaskan dengan benar bahwa peran aktivisme malah akan menguatkan pembacaan teoritis kader yang tentunya akan mendukung akademisnya di kampus.
Perpolitikan dan demokrasi yang penuh dengan berbagai riak dan skandal, menggambarkan ketiadaan pijakan pemikiran dan bingkai moral yang kokoh. Seolah nilai yang tedapat dalam falsafah hidup negara kita telah luntur atau bahkan lenyap dari hati para elit bangsa ini. Sehingga dibutuhkan kader-kader tangguh dengan pembacaan-pembacaan cerdas untuk mengawal demokrasi dan pembangunan bangsa ini ke depan yang senantiasa berhaluan nilai-nilai pancasila & keislaman.

Muhammad Ikhsan Jati Kusuma
Ketua Bidang Hikmah PC IMM Kab. Sleman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar