Weather (state,county)

Breaking

Rabu, 04 Desember 2013

Membentuk nalar kritis sebagai upaya optimalisasi karakter intelektual kaum muda


-->

Konstatasi hubungan antara generasi muda dan politik di indonesia ibarat lokomotif kereta api dengan jalur relnya. Jika generasi muda ibarat jalur rel dan politik di ibaratkan lokomotif kereta api maka satu sama lain saling bersinggungan, mari kita menelisik ke dalam dunia sejarah bahwa para kaum muda intelektual tidak dapat dipisahkan dengan dunia politik kebangsaan, tidak bisa di pungkiri bahwa satu sama lain memiliki peran masing-masing dalam membentuk karakter bangsa. Politik adalah sebuah sistem dan kaum mudalah yang mengimplementasi sistem tersebut. Sejarah menjadi saksi bisu atas karakter kaum muda bangsa yang begitu kritis terhadap fenomena-fenomena politik bangsa, sebut saja Soekarno-Hatta di zamannya, mereka adalah salah satu dari begitu banyak kaum muda yang begitu kritis menentang Imperialisme, kapitalisme dan kolonialisme.
Dewasa ini kontestasi hubungan antara kaum muda dan politik di indonesia seolah berbanding terbalik, lokomotif kereta api yang seharusnya berjalan di atas jalur relnya mengalami kecelakaan sehingga keluar jalur relnya. Itulah perumpamaan yang menunjukkan realita yang ada pada saat ini. Kurangnya kepekaan dan kepedulian generasi muda atas konstelasi politik telah menurunkan nalar kritis mereka dan seolah mereka enggan kembali kedalam peranannya. Kita bisa melihat bagaimana minimnya partisipasi kaum muda dalam dunia perpolitikan bangsa, banyak dari mereka hanya beranggapan bahwa politik itu ranah negeri para bedebah-bedabah, negerinya para manusia-manusia yang memiliki kepentingan individu bukanlah negerinya para manusia-manusia yang mementingkan kesejahteraan umat. Dari situlah awal mula hilangnya respect kaum muda terhadap dunia perpolitikan bangsa, mereka seolah enggan lagi memperdulikan bagaimana konstelasi perpolitikan bangsa. Inilah bukti otentik bahwa dewasa ini mayoritas generasi muda telah kehilangan tajinya sebagai garda terdepan pembentuk nalar kritis terhadap fenomena-fenomena politik kebangsaan.
Pada hakekatnya ketika kaum muda di hadapkan dengan realita seperti ini, seharusnya mereka peka dan peduli terhadap kondisi politik pesakitan bangsa. Dari kepekaan dan kepedulian itulah  seharusnya terlahir nalar kritis yang bertujuan untuk mengintropeksi perpolitikan bangsa kemudian melahirkan konsep ide (win Solution) untuk merekonstruksi kondisi bangsa menuju arah yang lebih baik lagi. Terbentuknya pemikiran kritis harus juga diimbangi dengan lahirnya konsep pemikiran yang baik pula. Jangan hanya bersikap kritis atas fenomena-fenomena yang ada karena semua orang pun bisa jika hanya mengkritisi, di zaman modern ini mayoritas kaum muda hanya mengkritisi tanpa memberi solusi.
Begitu banyak bukti otentik bahwa kalangan mahasiswa dewasa ini hanya bisa mengkritisi dengan aksi-aksi demo anarki tanpa sebuah solusi efektif yang kemudian hanya memberikan efek negatif. Merusak segala fasilitas negara yang tidak ada sangkut pautnya terhadap tujuan utama untuk melakukan aksi demo dan pada akhirnya hanya melahirkan konflik berkepanjangan terhadap kubu pro kebijakan pemerintahan. Fenomena-fenomena semacam inilah yang harus segera di respon oleh para kaum intelektual muda bangsa, bukan hanya melulu melakukan aksi demo yang begitu identik melekat di dalam karakter setiap mahasiswa akan tetapi mari membentuk karakter kritis melalui pemikiran-pemikiran yang melahirkan sebuah solusi kongkrit untuk segala permasalahan yang terjadi di negara kita, melahirkan expresi baru dalam merespon segala permasalahan sosial kemasyarakatan adalah tugas mahasiswa yang mau belajar berfikir kreatif, inovatif. mungkin kita sudah bosan dengan keidentikan bahwa mahasiswa itu hanya aksi demo demo dan demo, maka dari itu marilah kita lahirkan nalar kritis dalam berbagai bentuk expresi seperti menghasilkan karya dalam berbagai bentuk artikel, majalah, buku, cerpen, musik dan lain sebagainya.
Alangkah lebih baiknya ketika kita para kaum intelektual muda mengkritisi kemudian bertanggung jawab pula atas sikap kritis kita dengan berbagai cara, berpartisipasi langsung dalam dunia perpolitikan adalah salah satu cara untuk mengimplementasikan ide atau konsep pemikiran-pemikiran kita agar dapat terrealisasi dengan baik ataupun memberikan solusi kongkrit atas isu permasalahan-permasalahan yang ada. Setidaknya jika nalar kritis kita belum bisa di terima oleh kalangan mayoritas tetapi setidaknya kita berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk bangsa.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berusaha menjadi pelopor (Founding Father) yang berdiri kokoh di garda terdepan untuk mewujudkan kembali nalar kritis kaum muda bangsa dalam menyongsong segala dinamika kebangsaan, jika bukan kita, siapalagi ?”Nasib suatu bangsa ada di pundak para pemudanya” inilah paradigma yang selalu di junjung tinggi oleh para kader ikatan mahasiswa muhammadiyah, karena kitalah penerus simbol pembaharuan (Agent Of Change) dan simbol gerakan moral bangsa. 
-->

Muhammad Ikhsan Jati Kusuma
Ketua Bidang Hikmah PC IMM Kab. Sleman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar