By
Anita Sartika
---
Alkisah…
kalau
berteman dengan penjual minyak wangi, maka kau akan kecipratan wanginya. Kalau berteman
dengan pandai besi, maka kau akan kecipratan apinya. Kadang aku bertanya-tanya,
mungkinkah mereka penjual minyak wangi, lantas merk apa?
mereka
adalah orang diujung waras, kadang sehat kadang gila. Kadang bikin
bertanya-tanya, “kenapa Allah persatukan kami?”. Sekelompok anak yang bangga
menamai diri mereka, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah .
terdengar seseorang berteriak “Salam Ikatan!”
---
Pagi itu suasana hening. Disebuah
rumah disalah satu sudut kota Bantul. Wajah mereka tampak kelelahan,
melanjutkan tidur barang sejenak usai sholat subuh. Ada yang tidur dikursi
depan, kaki dikepala kepala dikaki, ada yang didepan tipi, ada pula yang
beruntung tidur diatas kasur. Beberapa jam yang lalu, mereka duduk bersama,
bertukar ide dengan kepala terkantuk-kantuk. Saling mengkritik, saling memberi
masukan, saling bertanya, saling mendebat, dan saling menawarkan makanan.
Berjam-jam mereka melakukan itu, pada malam minggu, inilah kisah tentang
sekelompok anak muda. Dan syukurnya, aku ada diantara mereka.
“jam 8 nanti kita
mulai agenda ya. 2 orang mau ada kegiatan diluar, jadi kita take video aja
dulu. Habis itu baru LPJan” kataku menganggu istirahat teman-teman pagi itu
“kalau mau mandi, antri dari sekarang. Pokonya jam 8 take
video! Atur waktu masing-masing yaaaaaa”
“LPJan berapa lama Mba Nit?” Tanya
Dinda
“kita pulang nanti jam berapa?”
Tanya anak yang lain
“nanti aku pergi dulu ya, ngak ikut
LPJan. Ada agenda yang ngak bisa ditinggalkan, maaf banget” kata Syada
“btw, Mas Rois ultah hari ini”
sambung yang lain
“oya?”
“wah, Alhamdulillah makin tua”
sambung yang lain pula.
---
Menjadi IMM adalah satu kebahagiaan.
Dipertemukan dengan keluarga baru, yang agak-kadang-kadang ngak waras. Mungkin
hidup memang seperti ini, menjadi serius tidak berarti harus melulu diam
menekuri program kerja. Sedikit bersandiwara akan lebih asik rasanya. Dan PK
IMM Fakultas Dakwah adalah sang juara untuk bersandiwara.
Bagi kami, ikatan tidak hanya tempat
berproses mendewasakan diri. Tidak pula hanya sebagai tempat belajar menjauhkan
egoisme diri. Pun tidak sekedar tempat belajar berani bicara dihadapan orang
lain. ikatan adalah sebuah keluarga berencana, setidaknya itulah yang
disampaikan oleh ketua, immawan Ence Sofyan. Karenanya, IMM jauh dari hanya
sekedar organisasi. Kami adalah keluarga baru yang dipertemukan. Seperti yang
Imam Syafii pernah katakana “merantaulah nak. Kelak kau akan menemukan
pengganti keluarga dan kerabat!”. Oh mengapa harus mereka yang menjadi
penggantinya.
“Rois ultah. Nanti beliin birthday
cake” sebuah pesan whatsapp melayang dari hapeku ke hp Syada
“loh. Dia ultah? Yaelah acting lagi
si Kim Sam Din nanti” pesan Syada dari ujung sana
Kim Sam Din. Nama aslinya Samsudin.
Dia adalah immawan yang nggak tinggi-tinggi banget tapi punya suara yang agak
ngeri kalo lagi acting. Dia ini keluaran pondok pesantren, kuliah dijurusan
Manajemen dan bakat jadi peran antagonis. Beberapa kali kebagian jatah acting
marah-marah, sebut saja ketika muskom satu tahun lalu. Ngeri sekali. Suasana
tegang sekali ketika dia teriak-teriak kayak orang kesurupan.
“kursinya patah!!” teriak seseorang
dari teras rumah
“loh ini kenapa bisa sampe kayak
gini?” Tanya Ence Sofyan
Wea, Sam, Ucup, Amel, dan Alfi
saling bertatapan
“aku lagi duduk. Terus Sam narik
kursi.” Jawab Wea “ini loh Sam iseng banget!!”
“Loh, aku ngak sengaja” kilah Sam
Suasana sempat tegang ketika mereka
saling bertatapan. Entah takut atau khawatir, atau sedang mikir berapa banyak
duit untuk mengganti kursi jati yang patah.
“yasudah. Nanti Sam bilang ke Syada.
Minta maaf. Dan cari solusi untuk bertanggung jawab!” ujar Ence.
---
Syada pulang dari pertemuan
pentingnya di kampus. Wajahnya tampak lelah. Mukanya kusut barangkali karena
kecapean. Setibanya di garasi rumah, dia langsung disambut dengan tatapan
anak-anak PK. Beberapa immawati saling senggol-senggolan tangan. Ence melirik
Sam, sebagai kode agar Sam langsung bicara.
“Sad. Mohon maaf sebelumnya. Tadi
kita enggak sengaja matahin kursi.” Ujar Sam agak-agak takut tetapi masih sok
cool.
“loh, kok isoo? Astagfirullah” Syada
tampak agak sedikit syok.
“maaf banget Sad. Nanti aku tanggung
jawab” ujar Sam lagi, dia tampak merasa bersalah
“hmmm…” Syada menghela nafas panjang
“yasudah. Kamu tolong cari toko kayu dan Tanya lem yang paling bagus untuk
kursi jati. Kita coba lem aja dulu. Kalo nanti enggak memungkinkan, baru bawa
ke toko kayu”
Sam ditemani Ucup langsung melaju
dengan motor pergi menghilang dari rumah Syada
---
Suasana tegang. Syada duduk di depan
pintu. Wajahnya kusut, bisa dipastikan dia lelah sekali. Anak-anak yang lain
beberapa hanya diam. Mungkin takut, mungkin juga kecapekan. Ence selaku ketua
berusaha mencairkan suasana
“Sad, aku ngewakilin teman-teman
yang lain minta maaf ya. Sudah ngerepotin kamu. Ini Insya Allah Sam bakalan
bertanggung jawab kok”
“hmm… yayayaaa” jawab Syada, masih
dengan muka kusutnya.
Semenit berselang, suara motor Sam
dan Ucup pun kedengaran. Sam masuk ke ruang tamu dengan tergesa-gesa. Wajahnya
tidak bisa dideskripsikan. Lebih jelek dari biasanya.
“Sadddd!!! Kata tukang kayu, ngak
ada lem yang bisa benerin kayu jati yang patah. Pokoknya aku udah tanggung
jawab! Aku udah usaha nyari. Tapi enggak ada. Dan aku ngak mau keluar nyari lem
lagi. Panas!!!!” ujar Sam marah-marah.
“loh, kok kamu yang marah-marah?”
Tanya Syada, tampaknya mulai geram
“Loh Sam, kamu harus tanggung jawab
loh!” Ence lagi-lagi menengahi
“aku capek!!!! Kalo mau tanggung
jawab, sana kalian saja! diluar panas bangeettt!!!”
“loh. Kamu kok gitu sihh Sam.
Katanya aktivis. Percuma aja kita RTPan berjam-jam bahas proker kalo untuk
tanggung jawab sekecil ini aja kamu ngak bisa!” kataku akhirnya bersuara.
“TERSERAH! AKU CAPEK!” Sam makin
menjadi-jadi. Ini anak kok asem banget gini sih??
“KALO MAU TANGGUNG JAWAB, SANA
KALIAN YANG KELUAR!” teriak Sam pada akhirnya
Aku, Ence, Uzi, Syada, Amel, Alfi,
dan yang lain saling bertatapan.
“yaudah Zik. Ayok kita yang cari
toko kayu. Sad, dimana kira-kira tokonya?”
Syada pun menjelaskan ancer-ancer.
Lurus, belok kanan, belok kiri, lurus, lampu merah.
Aku dan Uzi pun beranjak keluar.
---
Ketika Uzi sudah menghidupkan motor.
Ence dan Sam menemui kami.
“kalian kenapa sih? Kita itu Cuma
lagi acting! Kalian ngak tau po kalo Rois ultah?” Tanya Sam nahan ketawa
“HAAAH?? Acting?” tanyaku dan Uzi
kompak “gila, separah ini acting?”
“iya. Aku udah dapet lem tadi pas
keluar. Yaudah kalian pura-pura keluar aja dulu!”
Bersambung-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar