Weather (state,county)

Breaking

Kamis, 06 April 2017

Bijak Bermedia, Remaja Muslim Tidak Menyembah Berhala


Oleh: Immawati Anita Sartika
“Demi massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran, dan nasehat menasehati supaya menaati kesabaran.”
Assalamualaikum Wr Wb,
Alhamdulillahirobbil alamin,…
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul tentunya dalam rangka bertolabul ilmi. “Tolabul Ilmi Faridotun ‘ala kulli muslim” .
Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang sebagaimana yang kita rasakan saat ini.
Teman-teman sekalian yang saya banggakan,
Pada kesempatan hari ini, izinkan saya menyampaikan sebuah pidato dengan judul “Bijak Bermedia, Remaja Muslim tidak menyembah berhala!”
Kawan-kawanku sekalian,
Era globalisasi saat ini menjadikan manusia begitu bersahabat dengan media. tidak hanya media massa sebagai sumber informasi utama, tetapi juga media sosial, seperti instagram, facebook, snapchat, twitter, path dan sebagainya. Sebagai mana layaknya media yang menjadi jembatan antara komunikator dengan komunikan, media sosial hadir menjembatani antara komunikator dan komunikan juga. Artis bisa menyapa fans nya lewat media sosial, pun haters bisa menghujat seorang artis lewat sosial media pula.
Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta orang, dengan 95% diantaranya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Riset menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 4 sebagai pengguna facebook terbanyak dan teraktif, setelah USA, Brazil, dan India. Untuk pengguna twitter, Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia, setelah USA, Brazil, Jepang dan Inggris. Dari data tersebut, dapat dibayangkan seberapa aktifnya Indonesia dalam menggunakan media sosial.
Kawan-kawanku sekalian,
Media sosial bukanlah satu hal yang harus di hindari. Sebagaimana layaknya kemajuan tekhnologi yang memudahkan manusia dalam menjalani aktivitas kehidupannya, media sosial sebagai bagian dari kecanggihan tekhnologipun dapat memberikan banyak keuntungan-keuntungan bagi pemakainya. Diantaranya adalah :
Ø  Media sosial dapat menghimpun keluarga, saudara, kerabat yang tersebar. Media sosial sangat berperan dan bermanfaat untuk mempertemukan kembali mereka yang sudah lama tidak bertemu, maka lewat media sosial hal itu bisa dilakukan
Ø  Media sosial merupakan media penyebar informasi. Informasi yang uptodate sangat mudah menyebar melalui media sosial. Dimana hanya dalam tempo beberapa menit setelah kejadian, kita telah bisa menikmati informasi tersebut.
Ø  Media sosial memudahkan manusia menperluas jaringan pertemanan. Dengan menggunakan media sosial, kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan dengan orang yang belum kita kenal sekalipun dari berbagai penjuru dunia.
Ø  Media sosial merupakan sarana pengembangan keterampilan dan sosial, dapat pula dijadikan sebagai media promosi dalam bisnis yang menguntungkan.
            Namun demikian, dibalik  keuntungan yang dapat diberikan oleh media sosial, ada banyak dampak negative yang bisa terjadi akibat penggunaan media sosial yang tidak sehat. Diantaranya adalah :
Ø  Munculnya tindak kejahatan. Banyak sekali orang yang menggunakan media sosial sebaagai alat untuk melakukan kejahatan.
Ø  Menganggu hubungan antar pasangan. Media sosial juga dapat memicu kecemburuan antar pasangan jika memang pasangan itu berhubungan yang tidak wajar dengan orang lain.
Ø  Media sosial dapat menimbulkan sifat candu yang dapat mengakibatkan penggunanya menjadi autis atau lebih menutup diri pada kehidupan sekitar.

Masih banyak lagi dampak negative akibat penggunaan media sosial yang tidak sehat. Namun pada kesempatan kali ini, saya akan menyoroti dampak media sosial ke tiga sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas . bahwa media sosial dapat menimbulkan sifat candu dan mengakibatkan penggunanya menjadi autis atau lebih menutup diri pada kehidupan sekitarnya.
Sifat candu yang ditimbulkan oleh media sosial dapat terlihat dari ketergantugan manusia terhadap media sosial. Dimana banyak orang yang menghabiskan separuh atau lebih waktunya sehari hanya untuk bermain media sosial. Sifat candu ini menyebabkan manusia tidak dapat membedakan mana yang lebih penting antara satu dan lainnya. Yang ada hanyalah bahwa “media sosial adalah kewajiban abad ini”. Itu saja
Kawan-kawan sekalian.
Maka sadarkah kita bahwa kita hidup dizaman penuh pencitraan. Kita hidup dizaman ketika smartphone tidak bisa lepas dari tangan. Zaman yang mengajarkan kita tentang arti berlomba-lomba dalam hal menyombongkan diri, pamer harta kekayaan, jalan-jalan, pasangan, dan semua hal yang kekinian. Zaman ketika Al-Qur’an perlahan atau dengan cepat dilupakan. Zaman ketika segala hal harus dipublikasikan. Maka ini lah zaman, ketika manusia hidup di dua dunia, dunia nyata dan dunia maya.
Aristoteles berkata bahwa manusia adalah makhluk homo sapiens.  Makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. maka abad ini, terjadi redefinisasi atas apa yang Filsuf itu katakana. Bahwa adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa sosial media.
Begitu akrab nya kita dengan sosial media, tanpa kita sadari, kadang kita hidup hanya untuknya. Jika teman-teman pernah mendengar atau mengatakan “jangan beli kue yang ini, ngak bagus kalo di foto!”, “makan di kafe itu yuk, backgroundnya keren, lagi kekinian”. atau “kok dia ngak ngelike foto instagramku sih?”, maka ada hal yang perlu kita pertanyakan kedalam diri kita. Apakah kebahagian didunia maya, adalah kebahagiaan di dunia nyata?
Kita menghabiskan banyak waktu untuk bersosial media. kadang yang dilakukan hanya sekedar menscroll timeline Instagram, atau ngepoin pasangan orang, atau ngepoin cewe kece disekolahan, atau hanya sekedar mengupload foto selfie dengan caption bijaksana, lalu menunggu dengan harap-harap akan dilike banyak orang. Akan dilihat oleh gebetan, atau akan bikin iri orang lain. maka, that’s a question, is it a happinesss of life? I don’t think so.
Seorang teman pernah mengungkapkan keheranannya, “Jogjakarta, sebagai kota pelajar katanya, tapi kok saya jarang lihat mahasiswa pegang buku di jalan? Semuanya pegang benda canggih ditangan. Entahlah, seperti nya mereka Cuma sosmedan”
Kawan-kawan sekalian,
Sebagai remaja muslim hendaknya kita menyadari bahwa waktu yang kita lalui haruslah dimanfaatkan dengan bijaksana. Sebagaimana Allah SWT telah mengingatkan hambanNya lewat surat Al-Ashr yang artinya
“demi massa! Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian….”
Maka tentulah merugi bagi orang-orang yang menghabiskan waktunya hanya untuk bersosial media, hanya untuk bikin iri orang lain, atau lebih parah dari itu, hanya untuk menjadi haters bagi orang lain. teman-temanku sekalian, remaja muslim hendaknya mampu membedakan mana yang mana yang buruk. Mana yang bermanfaat mana yang tidak. Mana yang membawa mudhorat mana yang menimbulkan maslahat.
Remaja muslim hendaknya mampu membagi waktu antara bersosial media, dan bersosial di dunia nyata. remaja muslim hendaknya mampu membagi waktu antara bersosial media dan membaca buku memperbanyak ilmu. Remaja muslim hendaknya mampu menjadikan media sosial sebagai sarana pelengkap, bukan sarana utama yang harus dijalankan setiap harinya. Maka Remaja muslim hendaknya tidak menyembah sosial media, dalam artian hidup untuk sosial media saja. 
Demikianlah pidato singkat yang dapat saya sampaikan, semoga memberikan manfaat. Bijak bermedia, remaja muslim tidak menyembah berhala!
Billahifisabilil Haq, Fastabiqul Khoirot!

Wassalamualaikum Wr Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar