Weather (state,county)

Breaking

Rabu, 12 April 2017

Gerakan Muhammadiyah Awal

Oleh: Ence Sopyan
          Muhammadiyah menjadi organisasi keagamaan yang sangat berpengaruh bagi kemerdekaan bangsa Indonesia. Banyaknya tokoh Muhammadiyah yang berjuang mempertahankan Indonesia sehingga tidak sedikit tokoh Muhammdiyah yang diberi penghargaan sebagai pahlawan sebagai jerih payah mereka untuk mengusir Belanda dari tanah Ibu Pertiwi. Contohnya Ki Bagus Hadikusumo yang merupakan anggota dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPUPKI),[1]yang baru-baru ini ditetapkan sebagai pahlawan negara yang tempat peristirahatan terakhirnya bertempat di Kota Gede, Yogyakarta.

            Sedikit mengingat gerakan-gerakan Islam yang ada didunia tentunya dimulai dari adanya dinamika gerakan Islam yang setiap masa mempunyai perubahan signifikan baik itu ke arah lebih baik atau ke arah yang kurang baik. Dimulai dari masa kejayaan Islam yakni zaman dinasti-dinasti yang senantiasa peradabannya lebih terjamin dari mulai permasalahan sosial, keilmuan, maupun aqidah. Sehingga pada zaman ini dunia timur tengah sangat diperhatikan dan banyak pula bermunculan para orientalis yang memang ingin memperdalam keilmuan di timur tengah. Namun seiring dengan kejayaannya, Islam pun mengalami kemunduran, sehingga pada puncaknya ke khalifahan Abbasiyah yang bertempat di Baghdad maupun ke khalifahan yang bertempat di Andalusia mengalami pengakuan bahwa peradaban Islam sudah tidak relevan lagi dengan permasalahan global.

            Memang ada beberapa faktor yang melatar belakangi kemunduran ini, yang bermula dari kerapuhan dalam penghayatan ajaran Islam, terutama yang terjadi pada kalangan penguasa, bagi mereka ajaran Islam hanya sekedar diamalkan dari segi formalitas belaka, bukan lagi dihayati dan diamalkan sampai pada hakikat dan ruh-nya.[2] Tak lepas juga permasalahan dari adanya pendirian sementara ulama konservatif yang menyatakan bahwa pintu jihad telah ditutup dan untuk menghadapi berbagai permasalahan kehidupan umat Islam cukup mengiktui pendapat dari para imam Madzhab. Sehingga adanya sifat memutlakan pendapat seperti Imam Malik, Imam hanafi, Imam Syafii, dan Imam Hambali. Padahal pada hakikatnya Imam-Imam tersebut masih tetap manusia biasa, yang tidak lepas dari kesalahan.

            Muhammadiyah didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan bin K.H. Abu Bakar, Imam Ratib masjid besar kota Yogyakarta atau bisa dikenal sebagai khatib Amin. Kyai Haji Ahmad Dahlan yang semasa kecilnya sudah belajar tentang agama dan pada usia dewasa pernah menimba ilmu di Mekkah menjadikan Ahmad Dahlan sebagai orang yang terhormat bagi wilayah kauman dan menjadi guru bagi murid-murid ayahnya yang belajar diwaktu siang atau ba’da dzuhur dan di sore hari atau ba’da maghrib sampai dengan isya. Yang pada akhirnya Ahmad Dahlan berniat untuk memproklamirkan berdirinya Muhammadiyah dengan mengadakan rapat undangan terbuka dengan mengundang warga setempat dan salah satu organisasi pertama di Indonesia yakni Budi Utomo yang telah membantu tenaga dan morilnya selama Muhammadiyah mengajukan permohonan Ijin kepada pemerintah Hindia Belanda.

            Gerakan Muhammadiyah setelah didirikan dan diresmikan tentunya memulai babak baru, pasalnya begitu banyak permasalahan yang memang harus diselesaikan antara lain masih dijajahnya Indonesia oleh Belanda, kurang pendidikannya umat Islam yang ada di Indonesia, ataupun datang permasalahan dari internal Islam yakni masih kurang dipercayanya Muhammadiyah sebagai gerakan Islam bahkan masih ada yang menganggap Muhammadiyah sebagai aliran sesat. Sehingga Muhammadiyah  harus berfikir keras bagaimana memecahkan permasalahan yang datang silih berganti.

            Muhammadiyah pada masa awal yang di pimpin oleh KH. Ahmad Dahlan langsung, berupaya untuk sedikit meniru atau lebih pasnya belajar kepada organisasi yang sistem organisasinya sudah tersusun rapi. Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan tentunya memerlukan ilmu tentang ke organisasian guna mendukung tercapainya maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Maka dari itu KH Ahmad Dahlan pada tahun 1917 pernah memrintahkan kepada muridnya untuk membantu sidang yang dilaksanakan oleh organisasi Budi Utomo.‘Para pemuda berkumpul di tempat yang biasa mereka itu berkumpul, ialah dirumah Sdr. H.M. Syuja’ Kauman, diantaranya ada beberapa saudara merenungkan apa yang telah terjadi dalam sidang Budi Utomo. Bukanlah mereka itu merenungkan karena ingin menjadi anggota Budi Utomo, tetapi yang direnungkan adalah bertapa indah dan eloknya seumpama agama Islam kita dapat diterangkan dai muka orang banyak atau umum sebagaimana cara yang dilakukan oleh Budi Utomo itu dengan bahasa daerah (bahasa Jawa) tentu akan lancar tersiarnya dan mudah pula dapat dimengerti dan dipahami oleh khalayak ramai.[3]

            Muhammadiyah pula yang pertama menggagas gerakan secara non politik atau bisa dikatakan jauh dari adanya keinginan untuk berkuasa di Indonesia. Bisa dilihat dari semenjak diresmikannya Muhammadiyah oleh Sultan Hamengkubuwono, Muhammadiyah mempunyai orientasi gerakan yang jelas antara lain 1)Muhammadiyah bergerak ranah pendidikan 2)Muhammadiyah bergerak dibidang dakwah amar ma’ruf nahyi munkar dan 3)Muhammadiyah bergerak dibidang kesehatan bagi umat. Maka bukan tidak mungkin Muhammadiyah pergerakannya lambat akan tetapi cepat sekali, karena dengan adanya kualifikasi ranah gerak dari organisasi ini tentunya banyak pihak yang merespon tentang makna gerakan Muhammadiyah  tidak terkecuali peranan Sultan Hamengkubuwono yang ikut meramaikan Muhammadiyah seperti memberi pengajian pada malam jum’at, yang menjadikan jamaahnya semangat untuk mendengarkan karena merasa dekat dengan seorang pemimpin mereka.

            Semisal yang dilakukan oleh bidang dakwah, Muhammadiyah mengadakan kumpulan rutin bagi penduduk sekitar tepatnya pada malam jum’at untuk mengadakan pengajian keislaman, yang tujuannya untuk mencerahkan pengetahuan umat Islam supaya mengetahui urgensi Islam itu sendiri disamping tujuan utamanya yakni menyatukan umat Islam untuk semakin peduli dengan saudara-saudara sesama manusia sehingga menimbulkan sikap saling tolong menolong dalam hal perbaikan taraf kehidupan yang lebih baik.

            Namun gerakan Muhammadiyah pada masa awal seperti yang di uraikan diatas tidak lepas dari tujuan utamanya yakni untuk memurnikan Islam dari berbagai kepercayaan dan praktik yang bersifat tahayul. Sehingga Muhamamdiyah mempunyai semboyan sebagai gerakan purifikasi terhadap Tahayul, Bid’ah, Churafat (TBC) yang pada awalnya Muhammadiyah sangat memperhatikan pergerakan dari tiga fenomena tersebut. Dengan semangat fastabiqul khairat nya (tidak menjatuhkan satu sama lain), Muhammadiyah lebih dekat dengan umat karena terjun langsung ke masyarakat dengan mempunyai bekal solusi untuk berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat, khususnya umat Islam.

            Respon dari permasalahan umat pun, Muhammadiyah pada tahun 1922 mendirikan organisasi wanita yang bernama Aisyiah, sebagai wujud perhatian terhadap kemajuan kaum wanita Islam. Organisasi wanita yang berdiri sendiri dengan kegiatan-kegiatan antara lain mengasuh anak yatim, kursus-kursus kewanitaan. Sebelum diberi nama Aisyiah, organiassi ini bernama Sopotresno, namun atas saran dari Haji Muchtar (anggota Muhammadiyah) untuk mengubah menjadi  Aisyiah.[4] Ini menunjukan bahwa Muhammadiyah serius memperhatikan potensi perempuan dan membuang jauh pemikiran bahwa perempuan tidak bisa berbuat apa-apa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

            Muhammadiyah juga membentuk organisasi kepanduan yang diberi nama Hizbul Wathan, karena Ahmad Dahlan mendengar informasi dari seorang guru Muhammadiyah yang mengajar di Solo tentang kepanduan Kristen yang sering ia lihat melakukan latihan di alun-alun Mangkunegeran, Solo. Sehingga Hizbul Wathan yang didirikan pada tahun 1918 itu diharapkan sebagai pembela tanah air Indonesia, dalam hal ini menjaga kesatuan Republik Indonesia dari penjajahan yang dalam konteks dahulu hizbul wathan berperan sebagai pelindung rakyat dan pejuang untuk mengusir penjajah belanda.

            Sebagai gerakan pembaharuan Islam, Muhammadiyah tidak bisa dipandang sebagai gerakan Islam biasa seperti halnya gerakan pembaharuan yang datang dari timur tengah, Namun, Muhammadiyah lahir sebagaiwujud nyata respon umat Islam terhadap permasalahan keagamaan dan politik. Dalam jiwa solidaritas yang tinggi, maka Muhammadiyah tampil sebagai gerakan keagamaan yang mampu mengelola organisasinya dengan baik dan mampu mendirikan lembaga/komunitas sebagai upaya memecahkan permasalahan umat seperti pendidikan,kesehatan, panti asuhan. Jika ditelaah arsip-arsip tentang gerakan Muhammadiyah sulit atau malahan tidak ada konsep-konsep yang ditampilkan, melainkan lebih kepada tindakan riil atau bisa disebut dengan dakwah bil hal.[5]Ini yang menjadi kunci gerakan Muhammadiyah baik itu pada masa awal berdirinya yang lebih menekankan pada kemaslahatan umat Islam bagaimana bisa menjalankan hidup sesuai dengan syariat tanpa menghilangkan nilai budaya yang dipandang sebagai penunjang dalam bersemangat ibadah.




[1] Weinata Sairin ‘Gerakan pembaharuan Muhammadiyah’, 1995, hlm 109
[2] Musthafa Kamal Pasha ‘Muhammadiyah sebagai gerakan Islam’, 2009, hlm 14
[3] Kyai Ahmad Dahlan dalam catatan pribadi Kyai Syuja ‘Islam berkemajuan kisah perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah masa awal
[4] Weinata Sairin ‘Gerakan pembaharuan Muhammadiyah’, 1995, hlm 54
[5] Penyunting Ade Ma’ruf ‘Muhammadiyah dan oemberdayaan rakyat’, 1995, hlm 109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar