Weather (state,county)

Breaking

Sabtu, 08 April 2017

Kondisi Merah Dalam Kampus: Antara Bangga dan Miris


Oleh: Dinda Azodhea Regita A
Dimana eksistensi kader merah di dalam kampus? Hal ini agaknya cukup meresahkan penulis akhir-akhir ini. Betapa tidak, telah lama birokrasi kampus UIN Sunan Kalijaga dikuasai oleh oknum dominan dalam balutan bendera kuning. Masalah seperti ini kiranya perlu kembali di telaah dengan berbagai analisis. Banyak pertanyaan yang kemudian muncul dalam benak penulis saat ini. Apakah memang system birokrasi kampus hanya diperuntukkan oleh satu golongan organisasi ekternal berwarna kuning itu? Atau mungkin dari factor kader merah sendiri yang tidak terlalu tertarik terhadap birokrasi kampus? Mahasiswa yang notabene di daulat sebagai agent of change nampaknya perlu mulai memperhatikan hal ini. Apakah dominasi ini merupakan suatu bentuk ketidak adilan? Jika iya, apa yang perlu kita lakukan? Apakah kita tetap diam menjadi penonton yang apatis? Atau kita mulai berlatih agar dapat mendapatkan posisi sebagai pemain?

Adanya ketidak adilan dalam system kampus nampaknya telah menjadi rahasia umum. Kita ambil contoh saja dalam perekrutan panitia OPAK 2016. Sedikit sekali kader merah maupun  hijau yang ikut andil dalam kegiatan ini. Kalaupun ada, para minoritas ini diposisikan dalam devisi yang tak begitu penting dan tak banyak bersinggungan dengan para mahasiswa baru. Sebuah pertanyaan baru kembali muncul. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini ada kaitannya dengan doktrinisasi mahasiswa baru agar mau masuk dalam organisasi yang mendominasi itu? Atau adanya rasa ketidak pedulian para kader merah untuk turut serta andil dalam kegiatan ini? Adakah yang salah dalam system perekrutan kepanitiaan? Apakah ada system “pesan nama” kepanitiaan OPAK 2016?

Kesadaran penulis terhadap system birokrasi kampus tak lepas dari adanya proses kaderisasi organisasi ber-jas merah pada tahun 2015 silam yang pernah penulis ikuti. Masih ingat di benak penulis kala itu, para kader disuguhkan materi retorika dakwah dalam artian belajar pengorganisasian demonstrasi yang sedikit demi sedikit membuat rasa penasaran terhadap kondisi kampus. Dalam kenyataan saat ini pun, salah satu terobosan baru yang dibuat oleh organisasi bendera merah yakni perumusan HITS yang dielu-elukan dengan bangga nya oleh kami. Kali ini, penulis hanya akan menjabarkan huruf T yang menjadi focus perhatian tulisan ini.

Huruf T dalam HITS yang bermakna Taktis memberi pengertian akan adanya terobosan bagi kami untuk perlahan memasuki system birokrasi kampus yang dirasa mendominasi salah satu lini. Dengan jujur, penulis sangat mengapresiasi akan hal ini. Dengan alasan T tersebut pulalah penulis akhirnya mau melihat kondisi perpolitikan kampus yang sebenarnya tidak penulis minati bahkan tidak dimengerti sama sekali. Setelah dilihat dan dirasakan sendiri,  miris rasanya melihat keadaan kampus. Di bawah bendera merah putih yang katanya Negara semi multicultural ini, masih saja ada domisasi yang tiada berhenti sampai detik ini. Sejak kapan kah semua ini dimulai dan akankan semua ini berakhir?

Mungkin tidak semua kader merah tertarik terhadap politik kampus. Karena mereka beridentitas merah didasarkan panggilan jiwa sebagai kader muhammadiyah bukan semata-mata mencari eksistensi dalam perpolitikan dalam kampus. Penulis pun sadar banyak yang tak sependapat dengan tulisan ini. Namun,ini hanya secuil kegelisahan dalam hati. Merah sebagai organisasi yang mengedepankan intelektualitas mengkin akan member sumbangsih berbau intelektualitas. Entah harus bangga atau miris. Penulis bangga akan ketulusan dan keikhlasan pasukan merah yang iklas mengadi dan menghidupi organisasi tanpa memikirkan eksistensi nya di kampus sendiri. Namun disisi lain penulis miris dengan keadaan ini, karna kampus ini bukan hanya berisi satu organisasi yang menguasai. Ini kampus kita bersama. Tempat berproses dan mengubah mainset. Siapa lagi yang harus peduli kalau bukan kita ini? Siapa lagi yang akan merubah sejarah ini dan menghilangkan dominasi?

Apa yang harus kita lakukan untuk memberhentikan semua ini? Kiranya kita harus sama-sama bersatu membuat kekuatan baru. Kita perlu kembali melihat bahwa yang berbeda itu sebagai kawan bukan musuh yang perlu dilawan. Jikalau kita mau melawan rasanya kita kalah masa. Maka, alangkah arif nya jika kita semua bersama-sama seluruh organisasi eksternal kampus untuk bersatu dalam harmoni. Hapuskan dominasi dan mulai mengukir sejarah baru reformasi birokrasi kamous kita tercinta ini. Mari sama-sama duduk membawa nama organisasi masing-masing dan hanyut dalam diskusi mengenai birokrasi. Tiada yang sulit jika saling mempercayai bukan?


Salam Mahasiswa!!

1 komentar: