Bidang Kader - Generasi merupakan tombak estafet perjalanan sebuah bangsa yang membutuhkan pemupukan secara serius agar siap dalam mengemban amanah sebagai penyambung dari generasi sebelumnya agar bangsa tetap melangkah kedepan dan tidak roboh.
‘’Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2020-2030, yaitu jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) menapai sekitar 70% , sedangkan 30% penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun kebawah dan usia diatas 65 tahun) yang akan terjadi pada tahun 2020-2030’’ demikian perkataan Plh Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan BKKBN Ida Bagus.
Dengan hal tersebut kita sepatutnya bersyukur karena mendapatkan bonus demografi yang diperkirakan hanya akan terjadi satu kali pada sebuah negara dalam jangka waktu yang sangat pajang dan bersyukur pula pada tahun 2020-2030 akan memberikan peluang yang sangat besar untuk kebangkitan dan kemajuan negara Indonesia yang akan berkiprah dalam menapaki tugas negara yang belum terselesaikan.
Seperti halnya didalam manajemen, jika terdapat sebuah peluang yang besar maka terdapat pula ancaman yang tidak main-main yang akan berpengaruh pada stabilitas persatuan bangsa, ancaman yang bisa diramalkan jika bonus demografi tidak bisa dipesiapkan dengan baik.
Jika bonus demografi akan terjadi pada tahun 2020 maka hanya tersisa waktu 3 tahun lagi untuk mempersiapkan generasi tersebut yang entah akan menjadi barokah atau musibah bagi bangsa, pada saat ini manusia awam yang tidak berpendidikan pun sudah bisa menilai bagaimana generasi muda sekarag sangat terbius akan kemajuan teknologi dan informasi yang secara tidak sadar mempengaruhi pola fikir, dan tingkah laku generasi muda khususnya.
Indonesia saat ini memang menjadi salah satu negara pengguna internet terbanyak didunia sehingga tidak heran jika masyarakat pada usia produktif rata-rata mempunyai smarthphone yang bisa memudah kan dalam berkemunikasi atau bahkan bisa membentuk pola fikir penggunanya, pada iklan sebuah radio PRAMBORS FM. Mengatankan bahwa menurut penelitian pengguna internet di Indonesia sangat banyak namun yang membaca buku secara onilne hanya sekitar 2,72% saja.
Dengan banyaknya pengguna internet pada usia produktif saat ini maka tak bisa dielakkan jika generasi sekarang ini menyukai atau melakukan hal-hal yang secara instan padahal sesuatu yang didapatkan atau dilakukan dengan secara instan tidak cukup baik bagi mental petarung dimasa yang akan datang.
Baru baru ini pemerintah telah menerapkan kebijakan mengenai berita hoax di media sosial yang mana kebijakan tersebut akan memberikan sangsi bagi yang menyebarkan berita yang mengandung unsur SARA dan hoax, dan kebijakan yang tersebut bukan tidak mempunyai alasan mengingat dalam tahun 2016 terjadi kasus penistaan agama yang menyulut emosi dan aspirasi dari seluruh umat islam Indonesia yaitu demo besar-besaran dalam sejarah bangsa Indonesia. Namun hal tersebut tidak berhenti sehingga permasalah semakin menjalar pada unsur SARA yang banyak sekali di sajikan di media sosial, menyikapi hal tersebut banyak sebagian kita generasi muda yang terpengaruh akan berita-berita atau status yang disajikan sehingga membuat kebigungan tersendiri dalam menanggapinya dan banyak pula hanya menerima mentah –mentah tampa adanya filter, sudah barang tentu hal tersebut akan mengancam stabilitas kebhinekaan Indonesia.
Dilihat permasalah yang sangat kompleks pada saat ini saya menilai hal ini sangat perlu untuk diluruskan dalam rangka mempersiapkan generasi emas baik dalam bidang pendidikan, ekonomi,politik,budaya, dan kesahatan dikarenakan permasalah yang dihadapi pada saat ini saalah satu penyebab yang berperan yaitu Internet, kebanyakan sekarang ini hanya menjadi pengguna yang fanatik yaitu ketergantungan akan gedget namun ketergantungan akan gedget tersebut hanya sebagian orang yang mampu menggunakan dengan cerdas dan dapat memberi kemanfaatan bagi dirinya atau orang sekitarnya dengan mental yang konsumtif tersebut menekan paksa angka produktifitas anak negeri menjadi sangat menurun.
Kecendrungan sifat konsumtif akan membawa kepada mental instan dan individualis membawa generasi muda akan acuh pada orang disekitarnya jika hal tersebut terjadi maka rasa bela, dan cinta tanah air Indonesia pun akan pupus, hal ini lah yang menjadi sebuah ancaman jika generasi muda bersifat acuh dan hanya menjadi generasi ilalang yang cuma mengikuti arus derasnya zaman tanpa ada filterisasi yang kuat.
Untuk itu pemerintah mempunyai peran penting untuk membuat kebijakan dalam membantu mepersiapkan generasi emas dalam era bonus demografi 3 tahun kedepan yang terutama dibidang pendidikan, kenaSpa bidang pendidikan yang ditekankan? karena penddikan akan mapu membentuk karakter dan sebagai filter bagi generasi muda dalam manghadapi tantangan zaman baik itu teknologi dan informasi, budaya, pengaruh produk asing , dll. Pendidikan harus lah menjadi sebuah wadah yang mampu membentuk generasi yang cakap dalam intelektual, spritual, dan emosionalnya dan tidak lupa menumbuhkan rasa cinta bela tanah air dan perlu doktrin yang menghapus doktrin lama bahwa sukses adalah mendapatkan kehidupan mewah, kerja diperkantoran, atau mempunyai jabatan yang tinggi, mengganti dengan doktrin kesuksesan adalah bisa menjadi individu yang bermanfaat bagi orang lain dan bangsa Indonesia maka dengan itu akan tumbuh rasa cinta tanah air serta berlomba-lomba dalam perbaikan Indonesia dengan menjadi manusia produktif tentunya dan tidak menjadi generasi alang-alang yang berada ditengah jalan.
Dan penting untuk membuka seluas-luasnya pemikiran generasi muda dalam pendidikan dalam pemecahan masalahan dan menanggapi isu dengan dua arah agar dapat dipahami secara adil dengan pemikiran yang luas namun tetap waspada agar tidak egois sebagai generasi baik dalam agama ataupun suku yang mayoritas namun dapat menerima bahwa Indonesia adalah terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama. Yang harusnya dapat bekerja sama dalam membangun Indonesia kedepannya. Sehingga bonus demografi yang kita dapatkan ini dapat menjadi sebuah barokah bukan sebuah musibah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar